Catatan Fiksi : Aku, Rindu dan Senja
Pagi, siang, malam berganti secara tak sabar dalam ritme yang teratur
Berkali-kali tanpa bosan mengisi ruang waktu
Sama seperti waktu kemarin, aku masih disini, duduk termenung dengan secangkir kopi hambar
Soreku terasa biasa saja, lelah dengan waktu yang menghimpit, tak ada yang istimewa.
Tapi apa itu? Ah sinar itu datang lagi mengusik soreku yang teduh
Kau tau apa hobi baru ku akhir-akhir ini?
Mengagumimu..Ya, kamu senja
Yang hadir dengan lantang memberi warna pada langit kelabu
Yang datang sebelum gelap menyapa. Membawa warna merah, layaknya senyum tersipu malu untukku
Teruntuk kamu, senja
Menurut mereka sinarmu menyilaukan mata,
Tapi aku si pengagummu justru dengan bodohnya sangat menikmati itu
Lalu secara tak sadar aku terus menunggu kehadiranmu hingga kadang aku lupa kopiku telah mendingin lagi
Berlama-lama memandangamu adalah kenikmatan sendiri bagiku
Aku tau, kau hadir hanya sesaat karena berkejaran dengan waktu
Terlalu banyak pengagummu yang juga menunggu di belahan bumi lainnya
Tapi apa ini... kau selalu menitipkan rindu sebelum pergi, yang selanjutnya mengikatku menjadi perindumu ~ aku terbodohi sekali lagi, biarlah...
Senja, izinkan aku tetap disini merindumu
Dan perlahan secara malu-malu mengagumimu
Ah sial, betapa bodohnya aku. Bagaimana mungkin aku cukup berani mengagumimu
Sementara aku tak pernah tau kau hadir untuk siapa
Tapi biarlah, kau tak perlu ikut risau. Ini urusan ku dan rasa rinduku.
Kamu hanya perlu tetap bersinar di sana, ditempat aku bisa menunggumu.
Agar aku pun tetap bisa mengagumimu
:: Teruntuk senja disana
Berkali-kali tanpa bosan mengisi ruang waktu
Sama seperti waktu kemarin, aku masih disini, duduk termenung dengan secangkir kopi hambar
Soreku terasa biasa saja, lelah dengan waktu yang menghimpit, tak ada yang istimewa.
Tapi apa itu? Ah sinar itu datang lagi mengusik soreku yang teduh
Kau tau apa hobi baru ku akhir-akhir ini?
Mengagumimu..Ya, kamu senja
Yang hadir dengan lantang memberi warna pada langit kelabu
Yang datang sebelum gelap menyapa. Membawa warna merah, layaknya senyum tersipu malu untukku
Teruntuk kamu, senja
Menurut mereka sinarmu menyilaukan mata,
Tapi aku si pengagummu justru dengan bodohnya sangat menikmati itu
Lalu secara tak sadar aku terus menunggu kehadiranmu hingga kadang aku lupa kopiku telah mendingin lagi
Berlama-lama memandangamu adalah kenikmatan sendiri bagiku
Aku tau, kau hadir hanya sesaat karena berkejaran dengan waktu
Terlalu banyak pengagummu yang juga menunggu di belahan bumi lainnya
Tapi apa ini... kau selalu menitipkan rindu sebelum pergi, yang selanjutnya mengikatku menjadi perindumu ~ aku terbodohi sekali lagi, biarlah...
Senja disana |
Dan perlahan secara malu-malu mengagumimu
Ah sial, betapa bodohnya aku. Bagaimana mungkin aku cukup berani mengagumimu
Sementara aku tak pernah tau kau hadir untuk siapa
Tapi biarlah, kau tak perlu ikut risau. Ini urusan ku dan rasa rinduku.
Kamu hanya perlu tetap bersinar di sana, ditempat aku bisa menunggumu.
Agar aku pun tetap bisa mengagumimu
:: Teruntuk senja disana
rindu
BalasHapusMemandang matahari tenggelam di waktu senja bikin pikiran melayang kemana-mana... jatuhnya menghayal ya Ly... hehehe.
BalasHapusyoii kak.. hehehe
HapusDuduk santai sambil ngeliatan begituan buat hati tenang kak :3
baca judulnya jadi 'aku rindu senja' -,-
BalasHapuswkwkwkw, latihan mw buat fiksi iyah :P
Hapus